"Setelah negosiasi, kami keluar dari ruangan. Hasil negosiasi harus ada hukuman terhadap pelaku pemukulan dan penganiayaan, serta mengganti rugi alat-alat kameramen yang rusak. Itu disepakati sekolah," jelas staf Divisi Advokasi Pewarta Foto Indonesia, Robinsar Opak, saat ditemui RSPP, Jakarta Selatan, Senin (19/9/2011).
Setelah itu, para siswa langsung menyerang pewarta tersebut. Bukan cuma tangan kosong, mereka juga menghajar para pewarta. Siswa yang beringas tersebut menghajar dengan menggunakan, kayu, batu bata, bahkan senjata tajam. "Entah kenapa, kepala sekolahnya pun seperti melakukan pembiaran," ucapnya.
Akibat peristiwa tersebut, sejumlah wartawan mengalami luka akibat lemparan batu. Yudistiro yang dibawa ke rumah sakit tampak lemah dengan luka di bagian kepala, punggung, dan kaki. "Mungkin masih banyak teman-teman yang luka, tapi yang baru saya tahu hanya satu," ungkapnya.
Sementara itu, Banar fill arhi, pun mengalami luka berdarah di bagian wajah dan lengan karena dikeroyok para siswa. "Saya sama Roderick (fotografer Kompas.com) mau kirim foto di depan SMA, lalu ada anak SMA nyolot, teman-teman media tidak terima, lalu mereka mengejar kita. Saya lari ke arah Terminal Blok M," ujar Banar.
Ketika itu serangan datang tiba-tiba. "Usai dikejar pertama saya memotret, tapi reda, dan kami berkumpul lagi. Saya lalu membeli air minum, tiba-tiba dari dua arah para siswa mengejar kami lagi, saya terjatuh dan dikeroyok. Syukurnya ada warga dan teman yang menolong," katanya.
1 komentar:
Apakah ini yang dimaksud pendidikan berkarakter????
Posting Komentar